Nilai Gizi Pada Kemasan Makanan, Perhatikan Sebelum Membeli – Pada umumnya rata-rata supermarket menjual lebih dari 20.000 produk makanan. Dengan begitu banyak label nutrisi dengan klaim “paling sehat” dijual di pasar modern akhir-akhir ini, tentunya akan membingungkan sahabat satuters untuk memilih apakah produk tersebut benar-benar memberikan dampak kesehatan yang nyata? Atau jangan-jangan hanya sekadar jargon pemanis agar segera ditaruh dalam keranjang belanja.
Sayangnya, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memandang label nutrisi sebagai sumber informasi makanan yang penting. Mereka yang sudah terbiasa membaca label sekalipun, banyak pula yang tidak memahaminya.
Lantas, bagaimana cara terbaik membaca kode label nutrisi beserta klaim-klaim yang tertera dalam kemasan makanan? Inilah tata cara membaca label nutrisi agar sahabat satuters mampu membuat pilihan yang lebih bijaksana dalam menjaga diet seimbang sekaligus bergizi
- Selalu Baca Komposisi
Ketika sahabat satuters berbelanja produk makanan, jangan langsung tertarik dengan berbagai label nutrisi berbunyi “less calorie”, “bebas lemak”, “mengandung “antioksidan,” atau “100% alami”. Sebab, banyak informasi yang terlewatkan ketika sahabat satuters hanya melihat pesan promosi tersebut.
sahabat satuters perlu memperhatikan setiap komposisi atau daftar bahan, termasuk fakta nutrisi dalam setiap kemasan makanan. Ketika membaca komposisi itu, sahabat satuters patut bertanya-tanya “Apakah bahan ini hadir dalam bentuk yang paling alami?
Setiap bahan disebutkan dalam urutan menurun berdasarkan berat. Dua hingga tiga pertama dalam daftar adalah bahan dengan porsi terbesar dari berat makanan, sementara yang terakhir adalah yang paling sedikit. Daftar bahan juga penting untuk dilihat bagi sahabat satuters yang memiliki alergi makanan, misalnya alergen.
- Jangan Terkecoh Dengan Nama
Perhatikan juga bahwa kandungan seperti natrium, lemak jenuh, lemak trans, dan gula yang berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, stroke, dan komplikasi lainnya. Mungkin sahabat satuters sulit untuk mengetahui berapa banyak kandungan tersebut di dalam makanan, sebab mereka kerap tampil menggunakan beberapa nama berbeda.
Misalnya, yogurt bebas lemak. Pikiran sahabat satuters mungkin terfokus pada kata “bebas lemak” dan jargon-jargon lainnya seperti “tinggi protein, probiotik dan kalsium”. Alhasil, sahabat satuters luput menyadari bahwa yogurt tersebut nyatanya sarat dengan gula berlebih.
Kemasan makanan saat ini sering menempelkan label “zero fat” atau “rendah gula”. Tapi hati-hati, karena di antara bahan-bahan itu, terdapat pemanis buatan terdaftar seperti sucralose, aspartame, Splenda, gula alkohol atau xylitol. Beberapa juga ada yang mencantumkan bahan pemanis lain seperti sirup jagung fruktosa tinggi, nektar agave atau sirup barley malt.
- Bebas Lemak Bukan Berarti Tidak Ada Lemak
Di balik setiap penyebutan “rendah” atau “bebas”, telah ada proses untuk mengevaluasi apakah makanan itu memenuhi standar tersebut atau tidak. Sayangnya, dengan ruang yang terbatas, brand atau produsen makanan tidak mampu menceritakan keseluruhan cerita kepada sahabat satuters dalam label nutrisi mereka.
Bebas lemak. Ini tidak berarti makanan itu sama sekali tidak mengandung lemak. Tetapi, agar suatu produk bisa mengklaim “bebas” dari sesuatu, maka produk itu harus mengandung jumlah yang sangat kecil sehingga dianggap tidak signifikan secara nutrisi. Beberapa produk bebas lemak, mereka cenderung menebusnya dengan gula yang tinggi. Sebaliknya, produk bebas gula, biasanya kekurangan itu diisi dengan lemak.
Tanpa lemak trans. Produk yang mengatakan tidak ada lemak trans sebenarnya bisa mengandung kurang dari 0,5 gram per porsi. Jika seseorang makan satu butir popcorn saat di bioskop, mungkin itu tidak berarti apa-apa dalam tubuh. Faktanya, orang mengkonsumsi setengah atau satu keranjang popcorn, bayangkan berapa banyak lemak trans yang di tumpuk dalam tubuh.
- Bebas kolesterol
Ini juga tidak berarti secara harfiah tidak ada kolesterol. Menurut Canadian Food Inspection Agency (CFIA), produk bebas kolesterol harus mengandung kurang dari 2 mg per porsi, sedangkan produk rendah kolesterol harus mengandung 20 mg atau kurang per porsi. Makanan yang mengatakan rendah kolesterol perlu memiliki setidaknya 25% lebih sedikit kolesterol dari produk yang sebanding.
- Organik
Produk berlabel “dibuat dengan bahan organik” harus memiliki setidaknya 70% bahan organik. Perlu diingat bahwa organik tidak identik dengan sehat. Makanan organik masih bisa di kemas dengan lemak, kalori dan gula.
- Multigrain
sahabat satuters mungkin mulai terbiasa dengan kata-kata whole grain atau 100% whole wheat pada roti atau biskuit. Biji-bijian utuh (termasuk oats, beras merah, biji barley dan biji jagung) memiliki lebih banyak serat dan nutrisi lain ketimbang biji-bijian olahan, daiman bagian-bagian paling sehatnya telah dibuang.
Multigrain hanya berarti bahannya mencakup lebih dari satu jenis biji-bijian. Waspadalah terhadap roti yang lebih gelap, sebab warnanya bisa diperoleh dari tebu atau karamel. Sehingga sebenarnya tidak lebih sehat daripada roti putih olahan.
Menjadi sehat tidaklah sulit. Hanya dengan memahami klaim dan label nutrisi, sahabat satuters mampu menghitung kalori, memeriksa lemak jenuh, dan mendeteksi karbohidrat sebagai langkah pencegahan diabetes. Ini juga dapat membantu sahabat satuters membuat pilihan cerdas pada makanan kemasan.
Setelah sahabat satuters mengetahui tentang “Nilai Gizi Pada Kemasan Makanan, Perhatikan Sebelum Membeli”, Apakah keluarga sahabat satuters saat ini sudah terlindungi dengan asuransi? Sudah cukupkah perlindungannya?
Untuk informasi seputar asuransi bisa sahabat satuters ikuti informasi dari Agen Allianz Jakarta atau dengan langsung Agen Allianz di sekitar wilayah sahabat satuters. HP/WA : 081212188110